Sabtu, 29 Oktober 2011

pengoperasian pukat udang/trwal


A.  PERSIAPAN OPERASI PENANGKAPAN

I.      Jenis-jenis Pukat Harimau (trawl) Diidentifikasi Berdasarkan Daerah Penangkapan, Metode Pengoperasian, dan Jenis Komoditas yang Ditangkap
Berdasarkan letak jaring dalam air selama melakukan operasi penangkapan ikan, trawl dapat dibedakan atas (Ayodhyua, 1981)
1.   Surface trawl (floating trawl), yaitu trawl yang dioperasikan pada permukaan air. Jaring ditarik dekat permukaan air, dan ditujukan pada ikan-ikan yang beruaya pada permukaan air. Jaring di tarik dengan cepat dan kecepatan tarik ini harus lebih besar dari kecepatan berenang yang dipunyai ikan yang akan ditangkap.
2.   Mid Water Trawl yaitu trawl yang dioperasikan antara permukaan dan dasar perairan.
Jaring ditarik pada depth tertentu secara horizontal, pada depth mana diduga merupakan swimming layer dari ikan-ikan yang menjadi tujuan penangkapan.

3.   Bottom Trawl yaitu trawl yang dioperasikan di dasar perairan
Jenis ini merupakan jenis yang paling umum. Jaring ini ditarik pada dasar/dekat dasar laut, dengan demikian ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar, termasuk juga udang-udangan dan kerang-kerangan.

Berdasarkan metode pengoperasiannya dikenal tiga jenis trawl, yaitu sebagai berikut.
1.   Side trawl, yaitu trawl yang pada waktu operasinya di tarik pada sisi kapal.
2.   Stern trawl, yaitu trawl yang ditarik pada bagian belakang kapal.
3.   Double rig trawl, yaitu trawl yang ditarik melalui dua ringger yang dipasang pada kedua lambung kapal.

II.     Sarana dan mesin bantu penangkapan diidentifikasi sesuai fungsinya

Pukat harimau (trawl), berupa lembaran-lembaran jaring yang dirangkai sedemikian rupa sehingga menjadi satu bentuk alat tangkap yang terdiri dari kantong, alat pemisah ikan bagi pukat udang, mulut jaring, badan jaring, sayap disamping itu juga dilengkapi dengan pelampung dan pemberat. Bagian-bagian dari alat tangkap ini adalah :
1.   Kantong
Merupakan bagian yang menampung hasil tangkapan yang masuk dalam jaring. Kantong terdiri dari dua rangkap, bagian luar disebut sarung sedangkan bagian dalam disebut kantong.
2.   Api (alat pemisah ikan)
Bagian ini merupakan bagian yang paling penting yang membedakan antara pukat udang dan pukat ikan. Alat ini sebagai penyaring yang berfungsi untuk meloloskan udang terhadap hasil tangkapan seperti ikan yang berukuran besar. Ikan dapat meloloskan diri melalui jendela bagian atas yang terbuka pada penyaring ini.
3.   Mulut jaring
Mulut jaring merupakan bagian jaring yang menjorok ke depan yang gunanya untuk menjaga agar hasil tangkapan tidak keluar lagi sedangkan bagian bawah merupakan ujung dari badan jaring bagian bawah. Pada bagian atas diletakkan head rope dan diberi pelampung. Bagian bawah diikatkan dengan ground rope yang telah diberi pemberat.
4.   Badan jaring
Terbagi atas 2 bagian yang sebelah atas disebut baiting sedang bagian bawah disebut belly.
5.   Sayap
Merupakan bagian yang berfungsi untuk menggiring ikan agar masuk kedalam kantong jaring.
6.   Pemberat
Berfungsi untuk membuka mulut jaring kearah bawah.
7.   Pelampung
Berfungsi untuk membuka mulut jaring bagian atas.
8.   Otter board
Berfungsi untuk membuka mulut jaring secara horizontal.


Alat/mesin bantu penangkapan merupakan alat penunjang didalam berhasilnya operasi penangkapan, alat/mesin bantu ini terdiri dari :
1.    Fish finder
Alat ini digunakan untuk mendeteksi populasi ikan dan udang di perairan yang sedang di layari. Alat ini juga dapat digunakan untuk mengetahui jenis, keadaan serta kedalaman dasar perairan. Ini sangat penting untuk menentukan panjang warp yang harus diarea (di ulur).
2.    Pangsi (winch)
Alat ini digunakan untuk menarik dan mengulur warp. Terdapat dua pangsi yang digerakkan oleh tenaga penggerak yang berbeda.
a. Pangsi jaring besar
Selain digunakan untuk menarik dan mengulur warp yang mengikat kapal dengan jaring pukat, dapat pula digunakan untuk menarik lazy line. Alat ini digerakkan dengan sistem hidrolik yang dihubungkan ke mesin induk.

b. Pangsi try net
Digunakan untuk menarik dan mengulur warp yang menghubungkan kapal dengan try net. Alat ini digerakkan dengan motor listrik.
3.    Try net
Digunakan untuk mengetahui jumlah populasi udang dan ikan di suatu daerah tertentu. Alat ini merupakan konstruksi yang sama dengan pukat harimau, hanya ukurannya lebih kecil.
4.    Block
Digunakan untuk mempermudah penarikan dan pembuangan jaring.
5.    Stopper hook
Alat ini berfungsi untuk menahan badan jaring sewaktu hauling sehingga bagian kantongnya dapat diangkat ke atas dek.
6.    Ganco
Digunakan untuk mengikat lazy line bagian depan pada waktu pengangkatan jaring (hauling).
7.    Sling
Dipakai untuk mengangkat kantong pada saat hauling, juga untuk mempermudah pengangkatan benda-benda berat.

III.    Pukat harimau (trawl) dirangkai dan dipersiapkan sesuai prosedur

Kegiatan ini dilakukan sebelum berangkat ke daerah penangkapan yang meliputi :
1.    Pengisian perbekalan, perlengkapan kapal dan alat bantu penangkapan.
2.    Mempersiapkan alat penangkapan agar siap pakai.
3.    Mempersiapkan Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) dan Surat Ijin Kegiatan Penangkapan Ikan (SIKPI) yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan.
4.    Persiapan surat-surat dengan Syahbandar.
Sedangkan untuk persiapan operasi penangkapan adalah sebagai berikut:
1.    Merentangkan rig pada posisinya (ke arah samping)
2.    Memasukkan warp bagian ujung ke blok yang terdapat pada ujung rig.
3.    Menyambung ujung warp dengan otter board.
4.    Menempatkan otter board ke ujung rig yaitu dengan cara mengarea warp dengan winch, kemudian kedudukan jaring diatur untuk mempermudah penurunannya yaitu letak ground rope didepan dan head rope di belakang.
5.    Mengikat kantong jaring.
6.    Menyiapkan try net dan perlengkapannya pada posisinya.
7.    Membersihkan dan memberi minyak pelumas pada alat-alat bantu penangkapan seperti winch, block, rantai dan lain-lainnya.
B.  Mengoperasikan pukat harimau (trawl)

I.      Tugas dan posisi awak kapal dalam operasi penangkapan diidentifikasi sesuai jabatannya

Keterampilan awak kapal sangat diperlukan dalam operasi penangkapan. Apabila salah satu awak kapal yang bekerja kurang terampil maka awak kapal yang bekerja lainnya akan terganggu.
Jumlah ideal dari awak kapal dengan alat tangkap trawl adalah 18 orang yang terdiri dari Nakhoda, Mualim 1, KKM, 2 orang juru masak, dan 13 orang ABK, Para ABK ini dikepalai oleh seorang Bass yang bertanggung jawab kepada Nakhoda terhadap pelaksanaan operasi.



Urutan-urutan awak kapal sesuai jabatannya ; diantaranya :
1.   Nakhoda
a.    Bertanggung jawab atas keselamatan seluruh awak kapal.
b.    Pemegang kekuasaan tertinggi di atas kapal.
c.    Memberikan penilaian kepada Anak Buah Kapal dan melaporkan kepada perusahaan.
d.    Menentukan daerah operasi penagkapan.
e.    Menyelenggarakan buku jurnal harian diatas kapal.
2.   Mualim
a. Merupakan wakil nakhoda.
b. Sebagai pengganti nakhoda apabila nakhoda berhalangan.
c.  Menangani administrasi kapal.
d. Bertanggung jawab atas pengisian buku harian kapal.
3.   Kepala Kamar Mesin
a. Pemegang kekuasaan tertinggi di ruang mesin dan bertanggung jawab kepada nakhoda.
b. Bertanggung jawab atas kelancaran operasional mesin kapal.
c.  Mengkoordinasikan, mengarahkan dan mengendalikan kerja bagian mesin.
d. Membuat dan mengisi jurnal harian mesin.
4.   Boatswain
a. Bertanggung jawab memimpin atas semua pekerjaan kelasi di atas kapal.
b. Melakukan perawatan, perbaikan alat tangkap dan alat bantu penangkapan.
c.  Penanggung jawab kelancaran kerja saat operasi penangkapan.
d. Bertanggung jawab atas peralatan-peralatan di atas kapal.
5.   Masinis
a. Membantu KKM dalam kerja mesin.
b. Membantu KKm dalam merencanakan kebutuhan dan peralatan kerja mesin selama operasi.
c.  Membantu KKM dalam membuat jadwal perawatan dan reparasi.
6.   Anak Buah Kapal (klasi)
a. Pelaksana kerja diatas dek dan perawatan dek.
b. Merawat dan memperbaiki alat tangkap.
c.  Melaksanakan operasi penangkapan.
7.   Oiler
a. Bertanggung jawab terhadap kelancaran operasi mesin-mesin pada saat tugas jaga.
b. Membantu KKM.
c.  Membantu masinis dalam perbaikan kerusakan mesin.
8.   Koki
a. Bertanggung jawab atas kebersihan dapur.
b. Menyiapkan makan untuk awak kapal.
c.  Mengatur kebutuhan awak kapal.
d. Bertanggung jawab terhadap peralatan dapur.
e. Membuat order kebutuhan makan selama pelayaran.

9.   Pembantu koki
a. Bertugas untuk menyiapkan makanan bagi awak kapal.
b. Ikut kegiatan operasi penangkapan.
Sistem kerjanya dibagi dalam dua shift dan kerjanya bergantian. Adapun tugas-tugas dari masing-masing awak kapal adalah :
1.   Pemegang kemudi
Tugasnya adalah memegang kemudi, pada saat setting (menurunkan alat tangkap) kecepatan kapal di perlambat hingga berkisar 3-4 knot. Kapal maju perlahan-lahan memotong arah angin dan pembuangan jaring ke arah jurusan angin dengan maksud supaya jaring terbawa arus tidak masuk kedalam baling-baling kapal. Setelah posisi jaring baik, kapal diputar ke arah posisi rencana towing, putaran mesin penggerak di percepat, begitu juga saatnya hauling, kecepatan kapal diperlambat. Untuk itu perlu pengetahuan tentang olah gerak khususnya pada saat setting dan hauling dan juga adanya kerjasama antara perwira dan anak buah kapal.
2.   Pemegang winch
Tugasnya dalah mengulur dan menarik warp. Tugas ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi kesalahan.
3.   Pemegang ganco
Tugasnya melemparkan ganco untuk mengait lazy line. Dalam melempar harus benar-benar mengenai lazy line karena bila hal ini meleset akan mengenai jaring atau thickler chains.
4.   Petugas lazy line
Tugasnya membantu ABK yang bertugas di winch yaitu dengan menarik lazy line yang melewati winch dan mengaturnya agar tidak terjadi kekusutan.
5.   Pemasang stopper hook
Tugasnya memasang stopper pada kantong agar kantong tertahan.
6.   Pengikat kantong
Tugasnya mengikat kantong setelah kantong dibuka.
II.     Alat tangkap diturunkan ke laut (setting) sesuai prosedur penurunan pukat harimau (trawl)

Dalam penurunan jaring ini ada dua hal yang harus di perhatikan, antara lain :
1.   Saat jaring masih diatas dek
Saat jaring masih diatas dek, pertama yang harus dikerjakan adalah menurunkan otter board terlebih dahulu ke top rigger (puncak boom) dimana terdapat block puncak. Penurunan ini dilakukan dengan bantuan kerek yang dipergunakan untuk mengangkat jaring. Yang perlu diperhatikan pada saat penurunan otter board adalah belly line harus sudah terlihat pada stopper. Setelah itu otter board dikerek dan ditarik ke puncak rigger. Apabila otter board sudah berada di puncak rigger maka stopper tadi dilepas dan sekarang sudah ada di air. Pada saat penurunan otter board ini, kapal dalam keadaan aman.

2.   Saat jaring berada di air
Pada saat jaring berada di air dan jaring siap di area, maka kecepatan kapal perlu ditambah dengan maksud untuk menghindari jaring masuk ke popeler.  Urutannya adalah sebagai berikut, kecepatan kapal ditambah, warp diarea sesuai kedalaman yang dikehendaki, ABK yang mengarea warp harus memberi tanda peringatan ababila winch trawl akan di stop. Tanda ini diberikan dengan maksud untuk menghindari putusnya warp akibat sentakan yang terjadi, kemudian winch trawl di kunci.




III.    Alat tangkap dioperasikan (towing) sesuai prosedur pengoperasian pukat harimau (trawl)
      
       Towing adalah kegiatan penyeretan jaring di dalam air yang lamanya waktu berkisar antara 2-3 jam, kadang-kadang hanya memerlukan waktu 1-2 jam. Try net diangkat setiap 25-30 menit. Tetapi hal ini tidak mutlak demikian, tergantung banyaknya hasil tangkapan dan kondisi perairan. Adakala try net tidak diturunkan apabila ada gelombang besar dan arus kuat.
       Pada umumnya jaring diseret dengan kecepatan penarikan rata-rata 3 knot. Kecepatan ini berhubungan pula dengan keadaan dasar perairan, arus angin, gelombang dan sebagainya. Selama penyeretan jaring biasanya memperhatikan dasar perairan yang tergambar dalam fish finder, agar bila terjadi perubahan bentuk dasar perairan maupun kedalaman, yang bertugas dapat melakukan tindakan yang diperlukan. Selama penyeretan jaring haluan kapal tetap lurus, kalau memang dilakukan pembelokan, dilakukan dengan lingkaran putar yang cukup besar. Disamping itu harus mengetahui betul sifat kapal.

IV.   Alat tangkap dinaikan keatas kapal (hauling) sesuai prosedur penarikan pukat harimau (trawl)
      
Bila jaring sudah waktunya diangkat, maka Nakhoda akan memberikan tanda dengan membunyikan bel dan semua ABK yang bertugas pada waktu itu harus siap melakukan tugasnya dan menempatkan posisinya masing-masing. Dua orang berjaga di winch dan satu orang telah siap dengan ganco.
Haluan kapal melawan arus supaya jaring tidak terbelit oleh propeller. Jika terjadi gelombang besar hauling dilakukan dengan mengikuti gelombang.
Kemudian warp mulai ditarik sampai posisi alat tangkap seperti akan setting atau otter board telah berada di ujung boom. Petugas yang bertugas di rig mulai mengait lazy line, ganco dilepas (dilempar) ke laut dan tali yang sudah terkait itu tidak mungkin terlepas lagi. Petugas yang menerima ganco tersebut segera menarik lazy line, penarikan dilakukan agar kantong tertutup. Lazy line ditarik terus sampai kantong berada disisi lambung kapal. Lilitan lazy line pada winch tidak dilepas dahulu, sementara belly line dikaitkan pada stopper untuk menahan kantong jaring. Sesudah itu lazy line boleh dilepas dari lilitannya.Bila sudah dalam keadaan demikian, kantong sebelah depan dililitkan dengan sebuah sling. Sling ini lalu dikaitkan pada hook katrol yang ditarik dengan bantuan winch. Kemudian seorang ABK membuka tali pengikat kantong jaring dan hasil tangkapan akan tercurah diatas dek. Selanjutnya kantong diikat kembali setelah semua selesai. Stopper dibuka dan kecepatan kapal ditambah sehingga jaring terbuang kelaut dan operasi selanjutnya dapat di lanjutkan.

 C.  Melakukan penangan hasil tangkapan

I.      Hasil tangkapan ditumpahkan ke dek sesuai prosedur

Sesudah itu lazy line boleh dilepas dari lilitannya. Bila sudah dalam keadaan demikian, kantong sebelah depan dililitkan dengan sebuah sling, sling ini lalu dikaitkan pada hook katrol yang ditarik dengan bantuan winch. Kemudian seorang ABK membuka tali pengikat kantong jaring dan hasil tangkapan akan tercurah diatas dek. Selanjutnya kantong diikat kembali setelah semua selesai. Stopper dibuka dan kecepatan kapal ditambah sehingga jaring terbuang ke laut dan operasi selanjutnya dapat di lanjutkan.
 
II.     Penyortiran dan penanganan hasil tangkapan dilakukan sesuai prosedur

Penangan hasil tangkapan dimulai dari hasil tangkapan tercurah di atas geladak sampai pengepakan dan memasukkan ke dalam palkah. Penanganan hasil tangkapan ini ada beberapa tahap, yaitu :
1.   Tahap sortasi
Hasil tangkapan yang tercurah diatas dek berupa berbagai jenis ikan, baik pelagis maupun demersal. Juga terdapat berbagai jenis udang. Untuk melakukan pekerjaan ini digunakan caduk sebagai alat untuk menyortir sehingga pemilihan ikan dan udang mudah dilakukan dan juga menghindari tangan dari bahaya-bahaya luka akibat duri-duri ikan, ular laut, atau karang-karang tajam. Penanganan di atas dek ini harus dilaksanakan dengan cepat untuk mendapatkan mutu ikan dan udang yang baik. Jika ikan dan udang terlalu lama berada di atas dek dan terkena sinar matahari langsung maka ikan dan udang tersebut akan memerah (kusam) sehingga mutunya jelek dan tidak dapat dijadikan sebagai produk eksport. Ikan dan udang yang telah diambil dari curahan hasil tangkapan tersebut di masukkan kedalam basket-basket menurut jenisnya.

2.   Tahap pencucucian
Pencucian terhadap hasil tangkapan dilakukan dengan menyemprot hasil tangkapan di dalam basket-basket dengan menggunakan air laut yang berasal dari selang penyemprot yang bertekanan tinggi. Tujuan dari pencucian adalah untuk menghilangkan kotoran-kotoran atau lumpur yang melekat pada tubuh ikan dan udang. Hasil tangkapan lainnya yang tidak diambil untuk konsumsi dibuang kelaut. Kemudian dek dibersihkan dari kotoran yang terbawa dengan menggunakan selang penyemprot.
3.   Tahap penyimpanan
Semua udang dan ikan yang telah dicuci kemudian dimasukkan kedalam tong-tong plastik dan peti-peti kayu. Setiap lapisan udang dan ikan diberi es curai. Kemudian tong-tong plastik dan peti-peti kayu tersebut disusun rapi di dalam palka.