Minggu, 21 Agustus 2011

Basic Safety Training

Menerapkan prosedur penyelamatan diri di atas kapal
Defenisi
Keadaan darurat secara umum adalah suatu keadaan dimana akan menimbulkan atau menyebabkan bahaya. Tapi didalam operasi penyelamatan jiwa di laut adalah keadaan dimana kapal mengalami musibah sehingga semua awak kapal dan orang didalamnya harus meninggalkan kapal dengan menggunakan alat-alat penolong yang terdapat di kapal, dengan terjun ke laut atau tidak dan naik ke sekoci/rakit penolong sampai mendapatkan pertolongan dari tim SAR.
Jenis-jenis Keadaan Darurat
Kapal laut sebagai bangunan terapung yang bergerak dengan daya dorong pada kecepatan bervariasi melintasi berbagai daerah pelayaran dalam kurun waktu tertentu, akan mengalami berbagai problematik yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti cuaca, keadaan alur pelayaran, manusia, kapal dan lain-lain yang belum dapat diduga oleh kemampuan manusia dan akhirnya menimbulkan gangguan pelayaran dari kapal Gangguan pelayaran pada dasarnya dapat berupa gangguan yang dapat langsung diatasi, bahkan perlu mendapat bantuan langsung dari pihak tertentu, atau gangguan yang mengakibatkan Nakhoda dan seluruh anak buah kapal harus terlibat baik untuk mengatasi gangguan tersebut serta harus meninggalkan kapal Keadaan gangguan pelayaran tersebut sesuai situasi dapat dikelompokan menjadi keadaan darurat yang didasarkan pada jenis kejadian itu sendiri, sehingga keadaan darurat ini dapat disusun sebagai berikut :
a. Tubrukan
b. Kebakaran/ledakan
c. Kandas
d. Kebocoran/tenggelam
e. Orang jatuh ke laut
f. Pencemaran
Keadaan darurat di kapal dapat merugikan Nakhoda dan anak buah kapal serta pemilik kapal maupun lingkungan laut bahkan juga dapat menyebabkan terganggunya ekosistem dasar laut, sehingga perlu untuk memahami kondisi keadaan darurat itu sebaik mungkin guna memiliki kemampuan dasar untuk dapat mengidentifikasi tanda-tanda keadaan darurat agar situasi tersebut dapat diatasi oleh Nakhoda dan anak buah kapal meupun kerja sama dengan pihak yang terkait.
Tubrukan
Keadaan darurat karena tubrukan kapal dengan kapal atau kapal dengan dermaga maupun dengan benda tertentu akan mungkin terdapat stuasi kerusakan pada kapal, korban manusia, tumpahan minyak kelaut (kapal tangki), pencemaran dan kebakaran.
Tata cara khusus dalam prosedur Keadaan Darurat yang harus dilakukan antara lain :
1. Bunyikan sirine bahaya (Emergency alarm sounded)
2. Menggerakan kapal sedemikian rupa untuk mengurangi pengaruh tubrukan
3. Pintu-pintu kedap air dan pintu-pintu kebakaran otomatis ditutup
4. Lampu-lampu deck dinyalakan
5. Nakhoda diberi tahu
6. Kamar mesin diberi tahu
7. VHF dipindah ke chanel 16
8. Awak kapal dan penumpang dikumpulkan di stasiun darurat
9. Posisi kapal tersedia di ruangan radio dan diperbarui bila ada perubahan
10. Setelah tubrukan got-got dan tangki-tangki di ukur.
Kebakaran/Ledakan
Kebakaran di kapal dapat terjadi dibergai lokasi yang rawan terhadap kebakaran, misalnya di kamar mesin, ruang muatan, gudang penyimpanan perlengkapan kapal, instalasi listrik dan tempat akomodasi Nakhoda dan anak buah kapal. Sedangkan ledakan dapat terjadi karena kebakaran atau sebaliknya kebakaran terjadi karena ledakan, yang pasti kedua-duanya dapat menimbulkan situasi daruirat serta perlu untuk diatasi.
Keadaan darurat pada situasi kebakaran dan ledakan tentu sangat berbeda dengan keadaan darurat karena tubrukan, sebab pada situasi yang demikian terdapat kondisi yang panas dan ruang gerak terbatas dan kadang-kadang kepanikan atau ketidaksiapan petugas untuk bertindak mengatasi keadaan maupun peralatan yang digunakan sudah tidak layak atau tempat penyimpanan telah berubah.
Apabila terjadi kebakaran di atas kapal maka setiap orang di atas kapal yang pertama kali melihat adanya kebakaran wajib melaporkan kejadian tersebut pada mualim jaga di anjungan. Mualim jaga akan terus memantau perkembangan upaya pemadaman kebakaran dan apabila kebakaran tersebut tidak dapat diatasi dengan alat pemadam portable dan dipandang perlu untuk menggunakan peralatan pemadam kebakaran tetap serta membutuhkan peran seluruh anak buah kapal, maka atas perintah Nakhoda isyarat kebakaran wajib dibunyikan dengan alarm atau bel satu pendek dan satu panjang secara terus menerus.
Tata cara khusus dalam prosedur Keadaan Darurat yang harus dilakukan antara lain :
1. Sirine bahaya dibunyikan (internal dan eksternal)
2. Regu-regu pemadam kebakaran yang bersangkutan siap dan mengetahui lokasi kebakaran
3. Ventilasi, pintu-pintu kebakaran otomatis, pintu-pintu kedap air ditutup
4. Lampu-lampu deck dinyalakan
5. Nakhoda diberi tahu
6. Kamar mesin diberi tahu
7. Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan
K a n d a s
Kapal kandas pada umumnya didahului dengan tanda-tanda putaran baling-baling terasa berat, asap dicerobong mendadak menghitam, badan kapal bergerak dan kecepatan kapal berubah kemudian berhenti mendadak. Pada saat kapal kandas tidak bergerak, posisi kapal akan sangat tergantung pada permukaan dasar laut atau sungai dan situasi di dalam kapal tentu akan tergantung juga pada keadaan kapal tersebut. Pada kapal kandas terdapat kemungkinan kapal bocor dan menimbulkan pencemaran atau bahaya tenggelam kalau air yang masuk ke dalam kapal tidak dapat diatasi, sedangkan bahaya kebakaran tentu akan dapat saja terjadi apabila bahan bakar atau minyak terkondisi dengan jaringan listrik yang rusak menimbulkan nyala api dan tidak terdeteksi sehingga menimbulkan kebakaran. Kemungkinan kecelakaan manusia akibat kapal kandas dapat saja terjadi karena situasi yang tidak terduga atau terjatuh saat tarjadi perubahan posisi kapal.
Kapal kandas sifatnya dapat permanen dan dapat pula bersifat sementara tergantung pada posisi permukaan dasar laut atau sungai, ataupun cara mengatasinya sehingga keadaan darurat seperti ini akan membuat situasi di lingkungan kapal akan menjadi rumit.
Tata cara khusus dalam prosedur Keadaan Darurat yang harus dilakukan antara lain :
1. Stop mesin
2. Bunyikan sirine bahaya
3. Pintu-pintu kedap air ditutup
4. Nakhoda diberi tahu
5. Kamar mesin diberi tahu
6. VHF di pindahkan ke chanel 16
7. Tanda-tanda bunyi kapal kandas dibunyikan
8. Lampu dan sosok-sosok benda diperlihatkan
9. Lampu deck dinyalakan
10. Got-got dan tangki-tangki diukur/sounding
11. Kedalaman laut disekitar kapal diukur
12. Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan
Kebocoran / Tenggelam
Kebocoran pada kapal dapat terjadi karena kapal kandas, tetapi dapat juga terjadi karena tubrukan maupun kebakaran serta kulit pelat kapal kerena korosi, sehingga kalau tidak segera diatasi kapal akan segera tenggelam.
Air yang masuk dengan cepat sementara kemampuan mengatasi kebocoran terbatas, bahkan kapal menjadi miring membuat situasi sulit diatasi. Keadaan darurat ini akan menjadi rumit apabila pengambilan keputusan dan pelaksanaannya tidak didukung sepenuhnya oleh seluruh anak buah kapal, karena upaya untuk mengatasi keadaan tidak didasarkan pada azas keselamatan dan kebersamaan.
Tata cara khusus dalam prosedur Keadaan Darurat yang harus dilakukan antara lain :
1. Bunyikan sirine bahaya (internal dan eksternal)
2. Siap-siap dalam keadaan darurat
3. Pintu-pintu kedap air ditutup
4. Nakhoda diberi tahu
5. Kamar mesin diberi tahu
6. Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada
7. Berkumpul di sekoci / rakit penolong (meninggalkan kapal) dengan dengarkan sirine tanda berkumpul untuk meninggalkan kapal, misalnya kapal akan tenggelam yang dibunyikan atas perintah Nakhoda
8. Awak kapal berkumpul di deck sekoci (tempat yang sudah ditentukan dalam sijil darurat)
Orang Jatuh ke Laut
Orang jatuh kelaut merupakan salah satu bentuk kecelakaan yang membuat situasi menjadi darurat dalam upaya melakukan penyelamatan. Pertolongan yang diberikan tidak mudah dilakukan karena akan sangat tergantung pada keadaan cuaca saat itu serta kemampuan yang akan memberi pertolongan, maupun fasilitas yang tersedia. Dalam pelayaran sebuah kapal dapat saja terjadi orang jatuh kelaut, bila seorang awak kapal melihat orang jatuh kelaut, maka tindakan yang harus dilakukan adalah berteriak “Orang Jatuh ke Laut” dan segera melapor ke Mualim Jaga.
Tata cara khusus dalam prosedur Keadaan Darurat yang harus dilakukan antara lain :
1. Lemparkan pelampung yang sudah dilengkapi dengan lampu apung dan asap sedekat orang yang jatuh
2. Usahakan orang yang jatuh terhindar dari benturan kapal dan balingbaling
3. Posisi dan letak pelampung diamati
4. Mengatur gerak tubuh menolong (bila tempat untuk mengatur gerak cukup disarankan menggunakan metode “ WILLIAMSON TURN “
5. Tugaskan seseorang untuk mengatasi orang yang jatuh agar tetap terlihat
6. Bunyikan 3 (tiga) suling panjang dan diulang sesuai kebutuhan
7. Regu penolong siap di sekoci
8. Nakhoda diberi tahu
9. Kamar mesin diberi tahu
10. Letak atau posisi kapal relatif terhadap orang yang jatuh di plot
11. Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada perubahan
Menentukan keadaan darurat/meninggalkan kapal
Walaupun kapal merupakan tempat paling aman untuk berlindung, tapi jika meninggalkan kapal tidak dapat dielakkan, nakhoda harus memiliki kemanpuan untuk menentukan kapan kadaan darurat atau meninggalkan kapal dengan waktu yang efektif. Jika nakhoda salah atau terlambat mengambil keutusan tersbut akan berakibat faal terhadap kapal dan awak kapal. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Apakah keadaan darurat tersebut dapat diatasi..?
2. Apakah waktu yang diperlukan untuk mengatasi keadaan darurat cukup.?
3. Apakah alat-alat penolong telah disiapkan..?
4. Apakah isyarat-isyarat bahaya atau komunikasi marabahaya telah dikirim dan sejauh mana efektifitasnya..?
5. Apakah keadaan cuaca memungkinkan untuk menurunkan alat penolong jika meninggalkan kapal..?
Prinsip-prinsip untuk mempertahankan hidup dalam keadaan darurat di laut.
Dalam keadaan darurat di laut hal-hal yang perlu diperhatikan agar dapat bertahan hidup lebih lama dan memungkinkan penyelamatan dapat dilakukan :
1. Optimis dan termotivasi.
Seseorang dalam situasi keadaan darurat harus memiliki optimism yang tinggi sehingga memiliki kemauan untuk tetap hidup dan menggunakan kemanpuannya secara maksimal sehingga tetap dapat selamat.
2. Jangan panic
Rasa panic berakibat fatal Karena dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain
3. Prosedur yang benar
Prosedur/peraturan untuk mengatasi keadaan darurat harus dipatuhi dan dilaksanakan secara baik.
4. Hindari terjun ke laut
Jika memungkinkan pada waktu meninggalkan kapal tidak langsung terjun ke laut tetapi dengan tangga, tali langsung ke sekoci/rakit penolong.
5. Memakai pakaian tebal
Pada saat meninggalkan kpal usahakan memakai pakaian tebal dan kering
6. Hemat tenaga dan makanan.
Berusaha menghemat tenaga dan makanan dan jangan banyak makan makanan berrotein tinggi dan jangan minum alkohol dan ai laut.
Pinsip-prinsip bertahan hidup di laut
1. Mempertahankan kondisi fisik dan psikologis
Kondisi fisik dan mental yang sangat baik diperluan dalam penyelamatan jiwa di laut sehingga dapat mengatasi masalah-masalah yang timbul sampai dengan tim SAR tiba membantu
2. Mepertahankanalat penolong dalam keadaan baik.
Pemelihaan alat keselatan harus dilakukan secara baik, benar dan terprogram sehingga bilamana pada situasi keadaan darurat dapat dipergunakan. Selanjutnya jika awak kapal/penumpan sudah berada di sekoci/rakit penolong harus selalu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Menurunkan sekoci/rakit penolong dengan prosedur yang benar
- Di dalam rakit penolong jangan memakai sepatu berhak/beralas tajam, mengeluarkan senjata tajam dan menyalakan api atau rokok
- Di atas sekoci penolong jangan memukul-mukul benda keras pada lambung sekoci
3. Komunikasi ke dalam dan keluar
Komunikasi ke dalam adalah omunikasi yang dilakkan antara idividu dalam satu alat penolong atau dengan individu dalam satu alat penolong atau dengan individu yang berada di alat penolong yang lain. Komunikasi adalah komunikasi yang dilakukan dengan tim SAR atau dengan kapal lain agar segera mendapat pertolongan dengan menggunakan alat komunikasi seprti SART, portable radio two-way transceiver.
4. Tetap berkumpul
Bila pada saat meninggalkan kapal menggunakan lebih dari satu sekoci/rakit penolong diusahakan agar saling berdekatan, hal ini memudahkan tim SAR dalam pencarian.
Penggunaan alat –alat penyelamatan
Jenis-jenis alat penolong Sesuai dengan safety of live at the Sea (Solas) 1974 bab. III, bahwa alat-alat penolong yang harus berada di atas kapal :
1) Sekoci penolong (lifeboat)
2) Rakit penolong (liftraft)
3) Pelampung penolong (lifebuoy)
4) Rompi penolong (lifejacket)
5) Alat-alat apung (buoyant apparatus)
6) Alat-alat pelempar tali
7) Isyarat tanda bahaya (pyrotechnic)
8) Alat penurun sekoci dan tangga embarkasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar